UX Case Study — Bank Jago “Last Wish”

Rahmat Zumarli
5 min readNov 28, 2021

--

Disclaimer

Project ini dibuat dalam rangka menyelesaikan Challange Partner yang diberikan oleh Bank Jago di program Skilvul Virtual Internship (SVI) Skilvul yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dalam program Kampus Merdeka. Dan saya tidak bekerja atau terikat dalam kontrak professional oleh Bank Jago.

Latar Belakang

Berawal dari permintaan challenge partner Skilvul yaitu Bank Jago, dimana mereka meminta untuk menggarap sesuatu yang menurut saya cukup menantang yaitu tentang “Bagaimana merancang surat wasiat agar lebih mudah diterima bagi masyarakat”.

Surat wasiat tentunya adalah hal yang serius, dimana surat wasiat juga membutuhkan hal-hal yang wajib diperhatikan seperti kerahasiaan surat, tingkat keamanan dan lain-lain.

Bagaimana saya berpikir tentang surat wasiat

Didalam benak saya, hal yang harus diperhatikan pertama kali adalah bagaimana agar surat wasiat yang dirancang dapat dijamin keamanannya.

Apa aspek selain keamanan dalam surat wasiat?

Surat wasiat tentunya membutuhkan notaris, dan juga saksi. Saksi dapat berupa 2 orang atau lebih. Untuk surat wasiat rahasia, membutuhkan 4 orang saksi. Surat wasiat yang dibuat tidak harus diperlihatkan kepada notaris.

Aspek selain keamanan dari surat wasiat adalah ketersediaan saksi, dan juga ketersediaan Notaris.

Proses Pembuatan Studi Kasus

Brainstorm

Sebagai teamwork kami memahami permasalahan yang diminta oleh Bank Jago. Dimana, bersama team saya, kami membagi tugas untuk mengetahui tentang surat wasiat beserta persyaratannya. Disisi lain, tentunya juga memikirkan aspek desain, accesibility beserta desain yang akan dirancang.

Understanding Problem

Hal yang pertama kali kami lakukan sebagai team adalah memahami permasalahan tentang “Bagaimana susahnya serta keluhan ketika membuat surat wasiat secara offline

Setelah memahami permasalah diatas, kami berlanjut pada generate idea. Pada fase ini kami memikirkan bagaimana agar nantinya dapat mempermudah pembuatan surat wasiat dari sisi user.

Dari permasalahan yang ada, ditarik kesimpulan untuk memasukkan beberapa hal yang bisa kami capai untuk merancang desain surat wasiat. Dengan menggunakan “How Might We” kami bisa mendapatkan gambaran bagaimana nantinya desain surat wasiat akan dibuat.

Pada desain ini, kami berfokus pada 3 point “How Might We”

  1. Bagaimana “Membuat surat wasiat lebih sederhana”
  2. Bagaimana “Membuat surat wasiat sesuai dengan kebutuhan pengguna”
  3. Bagaimaan “Menentukan siapa yang berhak mendapatkan hak waris”

Hasil dari semua diskusi ini, dapat dilihat lebih mudah pada gambar dibawah ini.

Generate Idea

Setelah memahami permasalah, lalu kemudian menempatkan diri sebagai user. Kami memahami bahwa kami sudahs seharusnya memberikan solusi, maka dari ini kami mengumpulkan solusi yang kami asumsikan dapat memberikan kemudahan untuk user.

Pada Permasalahan diatas, kami membagi 3 prioritas. Dimana “red flag” merupakan prioritas utama kami, lalu “yellow flag” prioritas menengah, dan terakhir “green flag” akan kami lakukan setelah yellow dan red flag terlaksanakan.

Low Fidelity — High Fidelity Design

Dari magang ini, kami mempelajari bahwa sesuatu harus dirancang dengan kerangka. Dengan adanya kerangka, maka sebagai desainer, kita akan mempermudah melihat keseluruhan desain meskipun belum sepenuhnya utuh.

Kami memulai merancang desain dengan memikirkan wireframing terlebih dahulu. Tentunya dimulai dari kertas dan pena, hal ini memberikan dampak yang lebih cepat ketika merancang desain bagi kami, dengan menggunakan metode “Crazy’s 8”.

Crazy’s 8

Setelah metode crazy’s 8 kami lakukan. Maka kamu berlanjut pada diskusi, mana bagian yang akan masuk kedalam wireframe. Serta setiap anggota memberikan penjelasan lebih lanjut tiap desain. Hal ini, melatih kami untuk mengemukakan pendapat dari tiap anggota. Tentunya, melatih kami untuk menerima setiap pandangan orang lain.

Pada tahap selanjutnya, kami merancang wireframe melalui Figma. Pada dasarnya, kami hanya menyelesaikan beberapa rancangan wireframe.

Kemudian, kami bersama team melanjutkan untuk berlangsung pada tahap atomic desain. Karena, dengan keterbatasan waktu serta permintaan dari Bank Jago adalah high fidelity design, maka kami memutuskan untuk mempercepat langkah dengan berlanjut merancang atomic desain.

Atomic desain pada awalnya sangat susah dibuat, hal ini tentunya memakan waktu yang lama. Namun, kelebihan atomic desain adalah ketika merancang page, dimana kita sudah terhubung pada tiap rancang atomic design, tentunya hal ini mempermudah serta mempercepat rancangan desain yang kami buat.

Semuanya berawal pada desain yang begitu kecil seperti disamping. Dimana hal ini nantinya dapat menjadikan desain yang lebih besar lagi. Dari kegiatan ini saya mempelajari bahwa hal kecil dalam kegiatan desain, akan sangat mempengaruhi semua desain yang kita rancang. Dengan adanya atomic design, membuat sebuah team dapat lebih leluasa dalam merancang desain.

High Fidelity Design

Pada akhirnya kami sampai pada tahap desain tingkat tinggi, dimana pada desain ini kami telah merangkap pada semua desain proses yang telah kami lakukan.

Prototyping

Testing

Pada akhirnya, untuk membuktikan bahwa desain saya dapat digunakan oleh user dengan cara Usability Testing. Pada tahap testing, user memberikan penilaian sebagai berikut

Flow 1. Pembuatan Surat Wasiat

Desain yang dibuat mudah digunakan, namun user merasa kebingungan ketika melihat pilihan pembuatan surat wasiat.

Apa yang kami pelajari?

Dari hal ini kami belajar, agar nantinya desain ini dilakukan iterasi kembali. Kemudian menanyakan lebih lanjut, bagaimana agar user merasa lebih mudah ketika akan menggunakan aplikasi.

Flow 2. Konsultasi Surat Wasiat

User tidak memiliki kendala ketika akan melakukan konsultasi surat wasiat.

Flow 3. Kalkulator Hak Waris

User tidak memiliki kendala ketika akan menggunakan kalkulator hak waris.

Conclusion

Sebagai seorang desainer saya memahami dalam desain serta kasus studi saya masih banyak kekurangan. Salah satunya adalah rancangan desain, serta informasi yang terdapat didalamnya. Namun, hal ini memberikan pelajaran bagi saya bagaimana merancang sesuatu yang kompleks menjadi lebih mudah bagi orang lain.

Kami percaya dengan kekurangan desain yang kami rancang, membuat kami dapat belajar terus-menerus untuk memperbaiki desain kami.

Saya mendapatkan banyak hal selama merancang desain ini.

  1. Sebagai seorang desainer, kita harus memperhatikan feedback dari user.
  2. Sebagai seorang desainer, kita percaya bahwa suatu hal akan lebih baik jika melalui tahap diskusi.
  3. Sebagai seorang desainer, kita percaya bahwa hal kecil adalah awal mulai dari sesuatu yang lebih besar.

--

--

No responses yet